Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki jejak digital yang berkembang melalui platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lainnya. Jejak digital ini membentuk identitas seseorang di dunia maya https://valentinemedicalcenter.com/ . Dalam konteks ini, gagasan tentang identitas digital dapat dianalisis melalui perspektif filosofi Rene Descartes, seorang filsuf yang terkenal dengan ungkapannya "Cogito, ergo sum" yang berarti "Saya berpikir, maka saya ada". Menurut Descartes, identitas manusia berasal dari kemampuan untuk berpikir dan meragukan, namun bagaimana hal ini berhubungan dengan identitas digital di dunia maya?
Berdasarkan pemikiran Descartes, identitas digital dapat dilihat sebagai hasil dari kesadaran diri yang muncul dari interaksi kita dengan dunia luar, termasuk dalam ranah media sosial. Media sosial memungkinkan individu untuk membentuk dan memperkenalkan dirinya melalui berbagai unggahan, gambar, dan interaksi dengan orang lain. Namun, apakah identitas digital ini mencerminkan realitas diri kita yang sesungguhnya? Descartes menekankan pentingnya kesadaran dan keraguan sebagai dasar identitas, dan ini memberikan gambaran bahwa identitas digital yang kita tampilkan di media sosial bisa saja hanyalah sebuah konstruksi atau representasi dari diri kita yang ideal, bukan gambaran utuh dari eksistensi kita yang sebenarnya.
Lebih lanjut, Descartes berpendapat bahwa pemikiran dan perasaan adalah bukti keberadaan kita sebagai individu yang sadar. Dalam dunia media sosial, kita bisa melihat bagaimana orang cenderung mengelola citra diri mereka agar terlihat lebih menarik atau sempurna. Hal ini berpotensi menciptakan jarak antara diri yang sesungguhnya dan persona yang diciptakan di dunia maya. Berdasarkan pandangan Descartes, kita bisa meragukan keaslian identitas digital tersebut, karena sering kali identitas ini tidak sepenuhnya mencerminkan siapa kita di dunia nyata, tetapi lebih merupakan representasi yang dibentuk oleh persepsi diri dan opini orang lain.
Dengan mengacu pada pemikiran Descartes, kita dapat menyimpulkan bahwa identitas digital di era media sosial adalah suatu bentuk eksistensi yang kompleks. Hal ini melibatkan pemikiran, kesadaran diri, serta interaksi dengan dunia luar, yang semuanya dipengaruhi oleh konstruksi sosial dan teknologi. Meskipun media sosial memberikan kebebasan bagi individu untuk mengekspresikan diri, penting untuk menyadari bahwa identitas yang ditampilkan di dunia maya sering kali bersifat selektif dan bisa sangat berbeda dari kenyataan. Oleh karena itu, kita perlu menjaga kesadaran kritis terhadap identitas digital kita, sebagaimana yang diajarkan oleh Descartes, dengan terus meragukan dan merefleksikan apakah identitas tersebut benar-benar mencerminkan diri kita yang sesungguhnya.